Oleh: Peneliti Sosial Digital Nusantara
Indonesia adalah negara dengan pengguna internet aktif terbanyak keempat di dunia. Namun yang menarik bukan hanya jumlahnya, melainkan bagaimana masyarakat Indonesia menggunakan internet untuk menciptakan ekosistem mereka sendiri — bahkan di luar regulasi, edukasi formal, atau narasi media mainstream.
Salah satu contoh fenomena menarik yang muncul dari lapisan digital akar rumput adalah platform seperti LGO4D.
Teknologi yang Tidak Menunggu Pemerintah
Sementara institusi negara dan lembaga pendidikan masih sibuk mengejar transformasi digital lewat e-learning atau layanan online pemerintah, masyarakat Indonesia sudah lebih dulu mengembangkan ekosistem digital alternatif:
-
Forum prediksi angka
-
Grup komunitas Telegram
-
Sistem referral mikro
-
Konten tutorial dari YouTube lokal
LGO4D sebagai platform tumbuh bukan karena dipromosikan oleh otoritas atau startup besar, melainkan karena ia mengisi kekosongan sistem formal: ruang untuk berharap, bermain, dan merasa “punya peluang.”
LGO4D sebagai Fenomena Ekonomi Bayangan
Istilah “ekonomi bayangan” atau shadow economy biasa merujuk pada aktivitas ekonomi di luar sistem pajak atau regulasi resmi. Tapi dalam konteks digital Indonesia, LGO4D adalah bagian dari digital informal economy yang tidak bisa diabaikan.
Beberapa karakteristiknya:
-
Transaksi kecil tapi intensif
-
Mengandalkan media sosial sebagai alat promosi
-
Komunitas pengguna saling terhubung secara sosial, bukan institusional
-
Mekanisme distribusi peluang yang cepat dan langsung
Meskipun tidak resmi, platform seperti LGO4D memperlihatkan kapasitas masyarakat untuk membangun sistem ekonomi digital yang adaptif, bahkan ketika negara belum sepenuhnya hadir.
Apakah Ini Kemunduran?
Sebagian pengamat mungkin menyebut fenomena ini sebagai tanda “kemunduran” karena mengandung unsur spekulatif dan risiko tinggi.
Namun dalam analisis budaya digital, fenomena seperti LGO4D justru memperlihatkan bagaimana masyarakat menghadapi sistem yang tidak selalu adil — dengan cara mereka sendiri.
Alih-alih menunggu janji akses permodalan, pelatihan kewirausahaan, atau birokrasi UMKM, sebagian rakyat memilih cara yang langsung bisa mereka akses:
Cukup ponsel, jaringan internet, dan sedikit keberanian untuk klik.
Dari Ruang Pinggir ke Wacana Pusat
Sudah saatnya wacana digital di Indonesia tidak hanya berputar pada startup, unicorn, atau aplikasi edukatif, tapi juga mulai melihat bagaimana rakyat membentuk budayanya sendiri di ruang-ruang daring.
LGO4D mungkin bukan aplikasi edukasi. Tapi ia mendidik masyarakat tentang peluang, risiko, strategi, dan komunitas. Bahkan, banyak yang belajar literasi digital pertama mereka bukan lewat sekolah — tapi lewat pengalaman mengikuti komunitas angka seperti ini.
Penutup: Membaca LGO4D Bukan dari Judulnya, Tapi dari Konteksnya
Artikel ini tidak ditulis untuk membenarkan atau mengglorifikasi platform tertentu. Tapi untuk memahami mengapa LGO4D bisa eksis dan bertahan, bahkan di tengah regulasi yang semakin ketat.
Karena di balik setiap klik LGO4D, tersimpan kisah adaptasi digital masyarakat kelas bawah.
Kisah tentang bagaimana teknologi dimanfaatkan bukan oleh mereka yang punya gelar, tapi oleh mereka yang tidak punya pilihan.